2.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1 (Pembelajaran Berdiferensiasi)

 

2.1.a.9. Koneksi Antar Materi

Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

oleh : Putu Yoga Artana, S.Pd.

(CGP Angkatan 4 Kab. Karangasem-Bali)


Merdeka belajar merupakan roh bagi pendidikan di Indonesia. Fokus yang harus selalu dikedepankan oleh guru dalam menjalankan merdeka belajar adalah harus berpusat pada anak dan didasarkan pada kebutuhan murid.  Sebagai seorang guru atau pendidikan , tentunya harus dipahami bahwa dalam satu kelas memiliki keberagaman tersendiri. Hal ini karena setiap individu murid memiliki keunikan dan karaternya masing-masing, sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa setiap anak memiliki karakter dan kebutuhannya masing-masing sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Upaya yang dapat dilakukan sebagai seorang guru atau pendidik untuk memenuhi kebutuhan murid adalah dengan menerapkan “Pembelajaran Berdiferensiasi” di kelas-kelas.

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis agar mampu mengakomodir seluruh kebutuhan murid yang berbeda-beda di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti bahwa guru harus mengajar dengan 30 cara yang berbeda untuk mengajar 30 orang murid, bukan juga berarti guru harus membuat jumlah soal yang berbeda untuk murid yang lebih cepat dibanding yang lain. Akan tetapi pembelajaran berdiferensiasi dalah serangkaian keputusan masuk akan yang dibuat oelh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid. Hal pertama yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah dengan memetakan kebutuhan masing-masing murid yang didasarkan pada tiga aspek yaitu 1) Kesiapan belajar murid, 2) Minat belajar murid dan 3) Profil belajar murid. Hal ini dapat dilakukan melalui surve terhadap siswa, berdialog dengan siswa, menggali informasi dari guru yang mengajar sebelumnya, melihat raport murid, mengamati secara langsung aktivitas murid dan cara lainnya.

Berikut ini saya sajikan penjelasan mengenai tiga dasar pemetaan kebutuhan belajar murid dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi :

1.   Kesiapan Belajar Murid

Kesiapan belajar murid adalah keterampilan dan pemahaman awal yang dimiliki oleh seorang murid. Atau disebut juga dengan kapasitas awal murid dalam mempelajari materi baru. Salah satu cara dalam memetakan kesiapan belajar murid adalah dengan konsep equalizer. Layaknya menyetel stereo atau pemutar CD, guru juga harus mampu menyetel tombol-tombol equalizer readiness murid. Persfektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid adalah bersifat mendasar-bersifat transformatif, konkret-abstrak, sederhana-kompleks,  terstruktur-open ended, tergantung-mandiri, dan lambat-cepat. Dengan mengetahui kesiapan belajar murid, guru sudah tentung akan tepat memilih keputusan dalam menyesuaikan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, menentukan jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan guru, serta menyiapkan bahan ajar dan strategi yang tepat.

2.    Minat Belajar Murid

Minat belajar murid adalah hasrat atau rasa ingin tau murid yang dapat memicu ketertarikannya. Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Adapun menurut Tomlinson (2001: 53 tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis minat, diantaranya adalah membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan mereka sendiri untuk belajar, mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran, menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka dan meningkatkan motivasi murid untuk belajar. Ada dua perspektif dalam melihat minat murid yaitu minat situasional dan minat individu. Memetakan minat murid adalah yang penting dilakukan agar adanya keterlibatan aktif murid dalam proses pembelajaran.

3.     Profil Belajar Murid

Profil belajar murid adalah cara belajar murid dalam memahami sebuah materi atau informasi. Profil belajar murid mengacu pada bagaimana cara-cara murid paling baik belajar sebagai individu. Tujuan dari memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien, guru tidak dapat memaksakan cara belajar murid harus sama dengan cara belajar guru. Profil belajar murid terkait dengan banyak factor diataranya 1) Lingkungan Belajar (suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, lingkungan belajarnya terstruktur/tidak terstruktur,  dsb), 2) Pengaruh Budaya (santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal – impersonal), 3) Gaya Belajar (visual, auditori, dan kinestetik), dan 4) Kecerdasan  Majemuk/ multiple  intelligences (visual-spasial, musical, bodily-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal-linguistik, naturalis, logic-matematika).

Setelah guru atau pendidik selesai mematakan kebutuhan belajar muridnya, hal berikutnya yang dilakukan adalah menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan hasil pemetaan di awal. Adapun tiga strategi yang dapat digunakan dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah diferensiasi konten, proses dan produk.

1) Diferensiasi Konten

Konten adalah apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Dalam konten, jenis informasi yang disiapkan harus sesuai dengan kesiapan belajar murid. Bahan ajar yang sesuai dapat membantu murid untuk mengembangkan pemahaman dan memperluas ide-ide dengan memberikan pertanyaan pemandu atau tantangan. Saat belajar penting untuk siswa mempunyai pengetahuan awal tentang hal yang akan dipelajari sebelum melihat keterhubungan antar materi.

2) Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai tentang materi yang akan dipelajari. Setelah memetakan kebutuhan belajar murid, yang harus dicermati adalah bagaimana kebutuhan tersebut terpenuhi serta bagaimana caranya, proses seperti apa yang perlu disiapkan agar dapat mengetahui bahwa setiap murid belajar, apakah siswa akan belajar mandiri atau berkelompok, seberapa banyak jumlah bantuan yang dapat kita berikan pada setiap murid, siapa saja yang memerlukan banyak bantuan dan siapa saja yang membutuhkan pertanyaan pemandu sehingga murid dapat belajar secara mandiri.

3) Diferensiasi produk

Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan pada guru. Produk adalah sesuatu yang berwujud hasil dari apa yang dilakukan atau dipelajari murid, dapat berupa tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, atau video. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Untuk melaksankaan pembelajaran berdiferensiasi yang efektif dan efisien perlu juga dukungan dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah atmosfer lingkungan belajar yang memungkinkan murid untuk berada dalam kondisi jauh dari rasa takut, berani dan tampil percaya diri dalam mengungkapkan ide atau pendapat, senang dalam berkolaborasi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, menyukai tantangan atau hal-hal baru sehingga murid mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Demikian pula, umpan balik, evaluasi dan refleksi secara berkelanjutan juga terus dilakukan agar guru terus dapat membenahi dirinya. Setelah memahami kebutuhan belajar murid dan tiga strategi dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasai, diharapkan guru atau pendidik akan mampu untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing murid di kelas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi (Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya)

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran